Jumat, 18 Agustus 2017

Sejarah Desa Pesayangan Talang









Desa Pesayangan merupakan satu dari sembilan belas desa dalam lingkup wilayah administratif Kecamatan Talang Kabupaten Tegal yang terdiri dari 4 RW dan 19 RT. Desa Pesayangan memiliki luas wilayah 82,425 Ha. 
Desa Pesayangan konon ada sejak sebelum perang kemerdekaan tahun (945-1949) dan  menurut cerita dari para tokoh masyarakat Desa Pesayangan diantaranya Kyai Kamali, bahwa konon cerita dahulu kala ada seorang pedagang dari Persia datang di desa ini bermaksud untuk berdagang. Setiap hari pedagang dari Persia tersebut berdagang keliling antar desa satu ke desa yang lain, dan setelah berlangsung lama ia akhirnya bermukim di desa ini. Dalam perjalannya, ia kemudian bergadang sambil menyebarkan agama islam di desa ini dan masyakat setempat menerimanya dengan baik. Setiap hari pedagang Persia tersebut mengajarkan ajaran agama islam sehingga lama kelamaan banyak warga masyarakat yang datang untuk berbelanja ataupun hanya untuk mendengarkan tentang kisah–kisah agama islam. Berawal dari itulah maka pedagang Persia tersebut menjadi terkenal dan banyak orang bertanya tentang asal-usul kehidupan pedagang Persia tersebut. Bahwa pedagang Persia tersebut bernama AL FAQIH dan pertama kali datang di Indonesia ia melalui jalur perdagangan di kepulauan Madura dan akhirnya sampai di desa ini.
Penduduk desa tersebut beraneka ragam mata pencahariannya, ada yang bekerja sebagai petani, kerajinan logam emas, kerajinan kulit, tembikar, dan sebagai pembuat dandang atau tukang sayang. Warga masyarakat dalam bekerja tak mengenal lelah dan tak mengenal waktu sehingga kehidupan di desa tersebut masyarakatnya sejahtera. Dulunya warga masyarakat belum begitu mengenal agama islam dengan baik, dan setelah AL FAQIH (pedagang Persia) tersebut mengadakan kegiatan mengaji maka lama kelamaan kehidupan warga masyarakat menjadi berubah lebih baik dalam sisi beragama. Dulu orang bekerja tidak mengenal waktu untuk sholat, maka setelah mengaji dan tahu tentang sholat maka mereka dalam bekerja ada waktu istirahat untuk mengerjakan sholat. Sejak itulah maka AL FAQIH yang seorang pedagang dari Persia diberi gelar Kyai / Mbah oleh penduduk setempat.
Seiring berlalunya waktu, desa tersebut menjadi desa yang agamis, banyak penduduknya yang belajar/mengaji tentang agama islam, baik orang tua maupun anak muda, laki-laki dan perempuan. Suatu ketika ada seorang perempuan muda yang cantik datang mengaji kepada Kyai AL FAQIH. Perempuan itu begitu cantik dan lembut tutur bahasanya sehingga pedagang Persia tersebut menjadi jatuh hati. Bertahun-tahun Kyai AL FAQIH mengamati tingkah laku dan perbuatan perempuan cantik tersebut, dan akhirnya perempuan cantik tersebut disuntingnya menjadi pendamping hidup. Karena terlalu sayangnya dan cintanya Kyai AL FAQIH kepada istrinya, segala permintaan dan kemauan istrinya selalu dituruti. Padahal kehidupan seorang Kyai AL FAQIH sangatlah sederhana, ia lebih mementingkan kehidupan akhiratnya ketimbang kehidupan dunianya. Suatu ketika sang istri minta dibelikan perhiasan emas sebagaimana orang-orang perempuan pada umumnya yang mengenakan kalung, gelang, anting dan sebagainya. Lagi-lagi karena sangat sayangnya Kyai AL FAQIH terhadap istrinya, maka Kyai AL FAQIH menyuruh istrinya untuk menimba air di sumur belakang rumahnya dan setelah timba diangkat dari sumur, bukanya air yang diperoleh tetapi bongkahan emas yang didapat. Sungguh di luar dugaan pemikiran istrinya, ia tertegun dan sejenak ia beristighfar seraya mohon maaf kepada suaminya yang tak lain adalah Kyai AL FAQIH. Berita tentang kejadian aneh inipun kemudian menyebar dari mulut ke mulut sampai akhirnya meluas sampai ke pelosok desa. Sejak itulah maka nama desa tersebut menjadi desa PESAYANGAN yang mengartikan rasa sayang dan kecintaan Kyai AL FAQIH terhadap istrinya yang diselaraskan dengan kegiatan masyarakat sebagai pembuat dandang atau disebut sebagai tukang sayang.
Dalam perkembangannya Desa Pesayangan menjadi desa yang makmur penduduknya, maju di bidang ilmu agamanya, pertaniannya, perdagangannya, dan industrinya. Desa Pesayangan lama–kelamaan menjadi desa yang berkembang ramai. Apalagi dengan adanya pendatang yang ingin menetap dan tinggal di desa itu. Kegiatan ekonomi masyarakat menjadi lebih baik, perdagangan berjalan lancar, baik perdagangan kerajinan kulit, kerajinan emas murni, perak, cor logam dan pertaniannya. Desa Pesayangan pantas menjadi desa berkembang karena memiliki potensi alam yang baik dan dilintasi Sungai Kali Gung yang membuat Desa Pesayangan menjadi subur. Kesejahteraan rakyat meningkat, dapat dilihat dari rumah-rumah warga yang dibuat dari beton dan telah memenuhi stándar kesehatan dan keindahan.
Sejak itulah desa Pesayangan terkenal sebagai desa Industri dan penghasil kerajinan baik di bidang kerajinan emas, perak, kulit maupun cor logam. Kini desa Pesayangan menjadi desa yang maju dan menjadi desa yang bisa mengembangkan ekonomi rakyat dan untuk mensejahterakan rakyat. Dalam perkembangannya, desa Pesayangan banyak memperoleh sumbangan pemikiran ataupun  pelatihan-pelatihan dari pemerintah guna meningkatkan kualitas produk yang dihasilkan diantaranya kursus atau pelatihan pengolahan kulit di Magelang, Yogyakarta dan Solo.
Di bidang kerajinan emas murni dan perak banyak memperoleh bantuan dari pemerintah, baik modal maupun kursus keterampilan kerajinannya. Banyak sudah event ataupun pameran yang telah diikuti diantaranya Pameran Home Industri di PRPP Semarang dan Jakarta. Desa Pesayangan yang merupakan desa sebagaimana pada umumnya, kini menjadi desa maju dan berkembang dengan segala macam hasil produk yang berkualitas dan bersaing di kancah Nasional.

Demikian sejarah Desa Pesayangan yang berhasil didokumentasikan.
Nb : Website Pemerintah desa Pesayangan



Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Sejarah Candi (Salah Satunya yang berada di Tegal)

CANDI KESUBEN Tanah peradaban, tanah mata rantai. Dua keyakinan besar di masa lampau, Hindu dan Buddha, terekam jelas di sini. Lewat ...