Desa Pesayangan
merupakan satu dari sembilan belas desa dalam lingkup wilayah administratif
Kecamatan Talang Kabupaten Tegal yang terdiri dari 4 RW dan 19 RT. Desa
Pesayangan memiliki luas wilayah 82,425 Ha.
Desa Pesayangan konon ada sejak sebelum
perang kemerdekaan tahun (945-1949) dan menurut cerita dari para tokoh
masyarakat Desa Pesayangan diantaranya Kyai Kamali, bahwa konon cerita dahulu
kala ada seorang pedagang dari Persia datang di desa ini bermaksud untuk
berdagang. Setiap hari pedagang dari Persia tersebut berdagang
keliling antar desa satu ke desa yang lain, dan setelah berlangsung lama ia
akhirnya bermukim di desa ini. Dalam perjalannya, ia kemudian
bergadang sambil menyebarkan agama islam di desa ini dan masyakat setempat
menerimanya dengan baik. Setiap hari pedagang Persia tersebut mengajarkan
ajaran agama islam sehingga lama kelamaan banyak warga masyarakat yang datang
untuk berbelanja ataupun hanya untuk mendengarkan tentang kisah–kisah agama
islam. Berawal dari itulah maka pedagang Persia tersebut menjadi terkenal dan
banyak orang bertanya tentang asal-usul kehidupan pedagang Persia tersebut.
Bahwa pedagang Persia tersebut bernama AL FAQIH dan pertama kali
datang di Indonesia ia melalui jalur perdagangan di kepulauan Madura dan
akhirnya sampai di desa ini.
Penduduk desa
tersebut beraneka ragam mata pencahariannya, ada yang bekerja sebagai petani,
kerajinan logam emas, kerajinan kulit, tembikar, dan sebagai pembuat dandang
atau tukang sayang. Warga masyarakat dalam bekerja tak mengenal lelah dan tak
mengenal waktu sehingga kehidupan di desa tersebut masyarakatnya sejahtera.
Dulunya warga masyarakat belum begitu mengenal agama islam dengan baik, dan
setelah AL FAQIH (pedagang Persia) tersebut mengadakan kegiatan mengaji maka lama kelamaan
kehidupan warga masyarakat menjadi berubah lebih baik dalam sisi beragama. Dulu
orang bekerja tidak mengenal waktu untuk sholat, maka setelah mengaji dan tahu
tentang sholat maka mereka dalam bekerja ada waktu istirahat untuk mengerjakan
sholat. Sejak itulah maka AL FAQIH yang seorang pedagang dari Persia
diberi gelar Kyai / Mbah oleh penduduk setempat.
Seiring
berlalunya waktu, desa tersebut menjadi desa yang agamis, banyak penduduknya
yang belajar/mengaji tentang agama islam, baik orang tua maupun anak muda,
laki-laki dan perempuan. Suatu ketika ada seorang perempuan muda yang cantik
datang mengaji kepada Kyai AL FAQIH. Perempuan itu begitu cantik dan
lembut tutur bahasanya sehingga pedagang Persia tersebut menjadi jatuh hati.
Bertahun-tahun Kyai AL FAQIH mengamati tingkah laku dan perbuatan
perempuan cantik tersebut, dan akhirnya perempuan cantik tersebut disuntingnya
menjadi pendamping hidup. Karena terlalu sayangnya dan cintanya Kyai AL FAQIH kepada istrinya, segala
permintaan dan kemauan istrinya selalu dituruti. Padahal kehidupan
seorang Kyai AL FAQIH sangatlah sederhana, ia lebih mementingkan
kehidupan akhiratnya ketimbang kehidupan dunianya. Suatu ketika sang istri
minta dibelikan perhiasan emas sebagaimana orang-orang perempuan pada umumnya
yang mengenakan kalung, gelang, anting dan sebagainya. Lagi-lagi karena sangat
sayangnya Kyai AL FAQIH terhadap istrinya, maka Kyai
AL FAQIH menyuruh
istrinya untuk menimba air di sumur belakang rumahnya dan setelah timba
diangkat dari sumur, bukanya air yang diperoleh tetapi bongkahan emas yang
didapat. Sungguh di luar dugaan pemikiran istrinya, ia tertegun dan sejenak ia
beristighfar seraya mohon maaf kepada suaminya yang tak lain adalah Kyai
AL FAQIH. Berita tentang kejadian aneh inipun kemudian menyebar dari mulut ke mulut sampai
akhirnya meluas sampai ke pelosok desa. Sejak itulah maka nama desa tersebut menjadi desa PESAYANGAN yang
mengartikan rasa sayang dan kecintaan Kyai AL FAQIH terhadap istrinya
yang diselaraskan dengan kegiatan masyarakat sebagai pembuat dandang atau
disebut sebagai tukang sayang.
Dalam
perkembangannya Desa Pesayangan menjadi desa yang makmur penduduknya, maju di bidang ilmu
agamanya, pertaniannya, perdagangannya, dan industrinya. Desa Pesayangan
lama–kelamaan menjadi desa yang berkembang ramai. Apalagi dengan adanya
pendatang yang ingin menetap dan tinggal di desa itu. Kegiatan ekonomi
masyarakat menjadi lebih baik, perdagangan berjalan lancar, baik perdagangan
kerajinan kulit, kerajinan emas murni, perak, cor logam dan pertaniannya. Desa
Pesayangan pantas menjadi desa berkembang karena memiliki potensi alam yang
baik dan dilintasi Sungai Kali Gung yang membuat Desa Pesayangan menjadi subur.
Kesejahteraan rakyat meningkat, dapat dilihat dari rumah-rumah warga yang
dibuat dari beton dan telah memenuhi stándar kesehatan dan keindahan.
Sejak itulah desa Pesayangan
terkenal sebagai desa Industri dan penghasil kerajinan baik di bidang
kerajinan emas, perak, kulit maupun cor logam. Kini desa Pesayangan
menjadi desa yang maju dan menjadi desa yang bisa mengembangkan ekonomi rakyat
dan untuk mensejahterakan rakyat. Dalam perkembangannya, desa Pesayangan
banyak memperoleh sumbangan pemikiran ataupun pelatihan-pelatihan dari
pemerintah guna meningkatkan kualitas produk yang dihasilkan diantaranya kursus
atau pelatihan pengolahan kulit di Magelang, Yogyakarta dan Solo.
Di bidang
kerajinan emas murni dan perak banyak memperoleh bantuan dari pemerintah, baik
modal maupun kursus keterampilan kerajinannya. Banyak sudah event ataupun pameran
yang telah diikuti diantaranya Pameran Home Industri di PRPP Semarang dan
Jakarta. Desa Pesayangan yang merupakan desa sebagaimana pada umumnya, kini
menjadi desa maju dan berkembang dengan segala macam hasil produk yang
berkualitas dan bersaing di kancah Nasional.
Demikian sejarah Desa Pesayangan
yang berhasil didokumentasikan.
Nb : Website Pemerintah desa Pesayangan
Tidak ada komentar:
Posting Komentar