Sejarah Desa Semedo Kabupaten Tegal
Berdasarkan
sejarah yang bersumber dari sesepuh Desa Semedo, sejak zaman kewalian wilayah
Desa Semedo termasuk dalam wilayah Kabupaten Tegal dan merupakan daerah
pedesaan yang dikelilingi hutan yang subur serta tumbuhan yang hijau di atas
tanah yang berbukit dan lebat, tak heran Desa Semedo menjadi desa untuk
berjuang pada zaman pelahiran antara zaman kewalian ke zaman kemerdekaan.
Pada tahun 1569
M datanglah seseorang dari Kerajaan Panjang (Pajang?) yang bernama Kanjeng
Pangeran Surohadikusumo (Mbah Semedo) dan beliaulah yang pertamakali menempati
dan berdiam di bukit, sampai wafat pada tahun 1679 M. Semenjak wafatnya beliau,
tempat tesebut digunakan untuk bersemedi. Karena tempat tersebut sering digunakan untuk bersemedi, maka masyarakat sekitar memberikan nama bukit terebut dengan nama Semedi.
Oleh karena perkembangan zaman, semedi dirubah menjadi Semedo.
Setelah
wafatnya K.P Sukohadikusumo (Mbah Semedo), pada tahun 1819 M Desa Semedo
kedatangan jenazah yaitu seorang Bupati Kaloran yang bernama Raden Mas Panji
Hadi Cokronegoro dan dikebumikan di sebelah Barat Makam Mbah
Semedo. Kemudian kedua makam tersebut dijadikan sebagai situs sejarah Religi Kabupaten
Tegal.
Setelah zaman
kemerdekaan pada tahun 1952, Desa Semedo digunakan untuk markas DI/TII yang bertempat di tengah
hutan (Gerpelem) yang waktu itu dipimpin oleh Kartosuwiryo. Desa Semedo juga menjadi markas
TNI untuk menumpas DI/TII.
Setelah DI/TII
berhasil ditumpas oleh TNI, maka dengan segala upaya masyarakat mengadakan rembung desa untuk
memilih pemimpin atau sebutan sesepuh desa, walaupun sebelumnya sudah berjalan
pemerintah pada Zaman Penjajahan Belanda.
Versi lain berdasarkan Juru Kunci
Makam Semedo:
Berkaitan
dengan Mbah Semedo, dikisahkan pada masa Walisanga, di kerajaan Cirebon puteri
dari Sultan Cirebon mengalami sakit yang tidak kunjung sembuh. Untuk
mengobatinya, Sultan mengumumkan sayembara bahwa barang siapa yang dapat
menyembuhkan puterinya akan mendapatkan imbalan/hadiah.
Di Jayakarta,
Kanjeng Pangeran Surahadikusumo, yang berdakwah Islam, mendengar kabar ini dan
mengingat dia memiliki keahlian tentang tabib/ kesehatan berniat untuk membantu
sang Sultan.
Berangkatlah
dia ke timur menuju Cirebon untuk mengobati sang puteri. Dengan
seijinNya, sang puteri dapat disembuhkan, dan dia sementara waktu bermukim di
daerah Cirebon. Ternyata sang Sultan lupa akan janjinya dan tidak segera memberi hadiah kepada
K.P. Surohadikusumo. Ketika dia mencoba menghadap untuk meminta hadiah yang
dijanjikan, bukannya medapat sambutan namun justru dihardik untuk pergi dari
wilayah Cirebon.
Karena
menanggung malu (lingsem) beliau mengalah dan pergi ke arah timur dan menemukan
tempat yang cocok untuk tinggal yaitu di daerah Semedo. Sampai akhir hayatnya, beliau
mengajarkan Ilmu Agama dan mendakwahkannya di sekitar wilayah Semedo.
Sedangkan
mengenai Mbah Kaloran atau yang bernama lengkap RM Tumenggung Panji Haji
Cokronegoro, kisahnya berkaitan dengan masa suram pemerintahan Gubernur
Jenderal Daendels.
Pada abad 18,
sewaktu Mr Herman William Daendels membuat jalan raya sepanjang 1000 Km dari
Anyer sampai Penarukan, banyak rakyat pribumi menjadi korban akibat kerja rodi,
termasuk rakyat Tegal yang tanahnya dilalui proyek pembuatan jalan.
Saat itu,
Bupati Tegal yang dipimpin RM Tumenggung Panji Haji Cokronegoro setiap hari
dibikin repot karena harus menyediakan 1000 orang untuk kerja paksa. Oleh karenanya,
ia sangat prihatin dan sedih, tidak sedikit rakyat yang kurang patuh harus
mendapat hukum pancung. Hampir setiap hari, Bupati Tegal menyaksikan peristiwa yang menyedihkan itu. Peristiwa yang
sering terjadi tersebut membuat Sang Bupati mengasingkan diri ke daerah Semedo hingga
akhir hayatnya.
Nb: RPJMDes Desa Semedo dan Bappeda Kabupaten Tegal
Sisi Lain Desa Semedo
Desa semedo
adalah sebuah desa yang berada di kecamatan Kedung Banteng
kabupaten Tegal yang bersebelahan dengan desa Sigentong utara desa Sidomulya, untuk selatan
hutan semedo, dan sebelah barat desa karang malang.
Kegiatan
pencaharian masyarakat setempat adalah petani. Adapula masyarakat seedo yang merantau jauh dari kampung halamannya seperti ke Jakarta dan kota-kota besar lainnya. Ketika kita singgah di Desa SEMEDO kita
akan disajikan beberapa wisata unik seperti wisata religi karena di desa
ini terdapat sebuah makam yang di beri nama mirip dengan desa tersebut yaitu
makam mbah semedo. Menurut warga sekitar di makam mbah semedo terdapat beberapa
nama-nama tokoh yang pernah berbuat sesuatu atau berjasa kepada kabupaten Tegal.
Berikut nama-nama tokoh semedo yang di kebumikan di makam mbah semedo :
1.
Mbah
Raden Mas Panji Hadi Tjokro Negoro ( Mbah Kaloran Atau Bupati Tegal Ke.10)
2.
Mbah
Pangeran Suro Hadi Kusumo (Syekh Abdurrahman Mbah Semedo)
3.
Petilasan
Mbah Pengeran Diponegoro
4.
Mbah Surodiwongso ( Juru Kunci Makam Mbah Semedo Yang Pertama)
5.
Syekh
Sarifudin ( Asal Banten)
6.
Mbah
Ragasutha ( Petilasan Mbah Sunan Kali Jaga)
7.
Mbah
Syekh Muhamad Thohir Al-Ba'bud (Mbah Langgen)
8.
Mbah
Buyut Putri ( Sabrang Wetan Ciputih)
Untuk tata
letak makam mbah semedo yaitu sekitar 200 meter arah barat dari desa Semedo kec.Kedung Banteng Kab.Tegal. Bagi pengunjung yang ingin berziarah ke makam mbah semedo bisa melalui jalur pantai utara (pantura)
dari pasar Suradadi ambil arah selatan yang berjarak 15 Km. Biasanya para peziarah datang
pada waktu:
1.
Malam
Selasa Kliwon
2.
Rabu
Pon Kamis Wage Malam Jum'at Kliwon
3.
Istiqosah
Malam 1 Syura
4.
Untuk
Khaul Mbah Semedo Setiap Tanggal 12 Robiul Awal (Rolasan)
Dan untuk hari
raya Idul Fitri bisa berziarah setelah tujuh hari sesudah idul fitri untuk
halal bi halal atau khaul untuk hari biasa peziarah datang bertawasul atau
kepentingan pribadi. Selain itu, makam mbah semedo selain di kelola
oleh pemerintah setempat dan juru kunci makam juga di kelola oleh DIKPORA Kab.Tegal
Tidak ada komentar:
Posting Komentar