KUTIL
TOKOH LOKAL DALAM REVOLUSI SOSIAL DI TEGAL TAHUN 1945-1946
Aksi penyerbuan yang dilakukan kelompok Kutil dan komplotannya dimulai pada Bulan November 1945
(Peristiwa-peristiwa anarkhis sudah dimulai dari tanggal itu), sasarannya tidak hanya ditunjukkan untuk golongan
Pangreh Praja saja. Namun ditunjukkan juga kepada
Polisi, Asrama Polisi, wilayah yang diserang diantaranya; Brebes, Kejambon, Margasari, Pemalang dan kemudian Batang diserbu oleh rakyat
bersenjata dan dilucuti senjatanya.
Kutil sebagai pemimpin gerakan, sebagai komando dalam setiap pembunuhan-pembunuhan, dimulai
dengan tindakannya yang berani menganiaya dengan cara yang tidak berperikemanusiaan. Seperti yang dialami oleh
diri Ruslim, Opsichter bengkel KA
Tegal, ia dicincang di tiang listrik dan dipukuli secara beramai-ramai, baru setelah babak belur ditanya, mau ikut siapa?
Setelah dijawab mau ikut Kutil barulah dia
dilepaskan. Dengan anggapan bahwa tindakan-tindakan mereka tidak akan mendapatkan
hukuman dari yang berwajib, mereka kemudian berani melakukan tindakan pembunuhan (Wawancara dengan Bapak Sahmad 2006).
Korban pembunuhan pertama adalah menimpa diri seorang anggota polisi negara yaitu Singa, dia adalah orang yang paling
sulit dibunuh karena Singa dianggap Mempunyai alat-alat kekebalan semacam
Jimat, sehingga samurai (pedang panjang) tidak mempan walaupun
berulang-ulang diarahkan pada tubuhnya. Singa akhirnya meninggal dengan cara
dimasukan dalam lubang yang telah dibuat oleh orang-orang Cina di dekat
jembatan Kaligung dan dikubur hidup-hidup (Wawancara dengan Bapak Sadum, Juni
2006). tindakan Keji dan brutal dari Massa pemuda pimpinan Syakyani
ternyata tidak ada yang menuntut. Hal ini membawa akibat tindakan-tindakan yang lebih brutal
dilakukan Sakyani. Ia dan anak buahnya mulai mengadakan tindakan
teror kepada rakyat. Rumah-rumah penduduk diteror dan digedor, setiap orang didobrak
untuk keluar dari rumahnya kecuali orang yang sudah tua
dan sedang sakit. Mereka diharuskan untuk mengikuti gerakan-gerakannya dan kepada siapa saja yang tidak mau mengikutinya apalagi menentang,
mereka tidak luput dari sasaran pembunuhan Sakyani (Wawancara dengan Bapak
Ruslim, Juni 2006).
Pada saat itu, beribu-ribu massa Rakyat membanjiri jalan besar Talang menunggu komando dari Algojonya Kutil
dan sejak saat itu pula Massa pemuda yang brutal itu kemudian
memblokade jalan ke jurusan selatan Slawi. Praktis seluruh daerah Talang di kuasai
massa rakyat. Jalan raya Talang yang biasanya di gunakan lalu lintas umum jurusan
Tegal-Purwokerto menjadi tertutup, karena tidak ada lagi kendaraan yang berani
lewat di jalan tersebut.
Perbanditan pada saat itu situasinya memuncak menjadi
lebih gawat dan timbul pembunuhan lagi yang ketiga kalinya terhadap:
1. R saleh
2. Sidik dari pemuda API
3. Moh. Ali, karyawan Pabrik Texin
Tegal
Ketiga
orang tersebut, dibunuh secara
beramai-ramai oleh massa Rakyat di desa Pesayangan Talang. Kejadian tersebut, dalam waktu
yang relatif singkat tersebar luas dan menjalar ke daerah
lainnya sehingga
meledakkan gerakan dari rakyat
yang disebut dengan “Rakyat Tiga Daerah”. Gerakan ini mulai bergerak
menyerbu kantor-kantor Kecamatan, Kawedanan, dan menyerbu Kantor
Polisi di Kejambon dengan melucuti senjatanya. sehingga mengakibatkan
para pejabatnya melarikan diri, kecuali wedana Balapulang yang tertangkap
dan akhirnya dibunuh.
Situasi di luar kota Tegal setiap hari selalu timbul
huru-hara/keributan-keributan pengejaran-pengejaran dan
penangkapan-penangkapan terhadap lurah, Pegawai Pamong Praja dan
Kepolisian Negara dengan jalan beramai-ramai memukul kentongan dan timbul penyembelihan-penyembelihan
terhadap orang-orang yang dianggap menentangnya dan pada setiap malam sering terjadi penculikan dan pembakaran rumah.
Situasi diatas
sudah benar-benar gawat, sulit
untuk dapat dikendalikan. Massa Rakyat sudah menjadi meluap-luap, penduduk dikecam
ketakutan setiap hari terdengar berita kematian karena ulah keji massa
rakyat pimpinan Sakyani. Dalam situasi yang demikian, orang tidak boleh berkata keliru
atau secara bersenda gurau sekalipun dengan teman sendiri.
Sebab salah-salah bisa dianggap menentang sehingga pada waktu itu orang-orang
menjadi terdiam diri tidak berani berkata apa-apa, kecuali apa yang dikatakan oleh
Kutil dan komplotannya harus dijawab dengan suara gemuruh MUFAKAT_MUFAKAT (Wawancara dengan Bapak Sahmad Juni 2006).
Seperti yang menimpa Dastra dari desa Harjosari Adiwerna. Dastra dikenal sebagai seorang Jagoan sehingga ketika berbicara di muka umum Ia seenaknya sendiri. Massa
Rakyat yang tidak menyetujui gerakan Dastra sebagai gerakan rakyat, maka Ia
langsung diseret dan dipukuli kepalanya dengan pukul besi hingga kepala massa
pecah dan
meninggal seketika. Kejadian tersebut terjadi di Markas Pemuda Ujungrusi.
Pada tanggal 10 Oktober
Camat R.M.Suparto Sastrosuworo. Camat Adiwerna dengan berseragam lengkap, Camat
yang masih muda dan belum berpengalaman berbicara di depan umum di Lemah Duwur (depan Makam Kuno Tegal Arum). Ia mengatakan bahwa Presiden
Sukarno telah ditahan oleh NICA yang baru saja mendarat bersama-sama pasukan
Inggris di Jakarta pada tanggal 29 September 1945. Berita-berita semacam itu,
memang telah di desas-desuskan di Jakarta. Setelah selesai pidato, Suparto tidak segera meninggalkan rapat dan Ia
dibunuh setelah rapat berakhir. Sebelum
dibunuh Camat tersebut minta untuk
diperkenankan Adzan terlebih dahulu (Wawancara dengan Bapak Sadum, Juni 2006).
diperkenankan Adzan terlebih dahulu (Wawancara dengan Bapak Sadum, Juni 2006).
Camat Adiwerna dibunuh diseret menuju Lorong disertai
dengan kepalanya yang pecah karena ada orang yang tidak sengaja
menginjak rambut yang sudah gembel akibat darah
yang sudah kering karena banyaknya darah yang keluar. Kaki orang tersebut
dengan cepat-cepat orang itu angkat dan ternyata kepala Camat Adiwerna pecah. Contoh lain dari tindakan kelompok Kutil yaitu dengan brutal menjarah dan membunuh orang-orang yang sebetulnya mereka tidak tahu apa-apa, Slamet (23 tahun) anak sulung Wedana Adiwerna menjadi sasaran amarah kelompok Kutil. Ia mendapat surat dari pimpinan API yang mengatakan bahwa harta milik keluarganya dapat diambil di markas API Kejambon dengan sebuah truk pinjaman dari kantor Kabupaten, Slamet berangkat ke Markas API dan Ia tak pernah kembali, Ia di bunuh sangat Keji dan brutal dengan cara di tangkap dan di ikat kedua tangan dan kakinya kemudian di angkat dan di jatuhkan di atas batu besar berulang-ulang kali sehingga meninggal seketika. Keadaan sepanjang jalan utama ke Adiwerna waktu itu sepi sekali tidak ada kendaraan lewat, karena di setiap 25 meter ada rintangan jalan dari kayu atau bambu. Di pinggir-pinggirjalan banyak orang dan anak-anak yang membawa bambu runcing, semua orang yang lewat harus memberi salam Merdeka kepada mereka. Di setiap pos jaga terkumpul meja kursi dan barang-barang rampasan dari orang-orang cina yang melewati pos itu.
yang sudah kering karena banyaknya darah yang keluar. Kaki orang tersebut
dengan cepat-cepat orang itu angkat dan ternyata kepala Camat Adiwerna pecah. Contoh lain dari tindakan kelompok Kutil yaitu dengan brutal menjarah dan membunuh orang-orang yang sebetulnya mereka tidak tahu apa-apa, Slamet (23 tahun) anak sulung Wedana Adiwerna menjadi sasaran amarah kelompok Kutil. Ia mendapat surat dari pimpinan API yang mengatakan bahwa harta milik keluarganya dapat diambil di markas API Kejambon dengan sebuah truk pinjaman dari kantor Kabupaten, Slamet berangkat ke Markas API dan Ia tak pernah kembali, Ia di bunuh sangat Keji dan brutal dengan cara di tangkap dan di ikat kedua tangan dan kakinya kemudian di angkat dan di jatuhkan di atas batu besar berulang-ulang kali sehingga meninggal seketika. Keadaan sepanjang jalan utama ke Adiwerna waktu itu sepi sekali tidak ada kendaraan lewat, karena di setiap 25 meter ada rintangan jalan dari kayu atau bambu. Di pinggir-pinggirjalan banyak orang dan anak-anak yang membawa bambu runcing, semua orang yang lewat harus memberi salam Merdeka kepada mereka. Di setiap pos jaga terkumpul meja kursi dan barang-barang rampasan dari orang-orang cina yang melewati pos itu.
Rakyat mulai terpengaruh oleh hasutan-hasutandari para petualang politik yang mendalangi gerakan rakyat
tiga daerah. Daerah-daerah yang sudah terpengaruh ketika itu adalah
kecamatan Talang, Adiwerna, Slawi sebagai pusat gerakan. Di Brebes meliputi Brebes kota, Jatibarang, Losari Timur dan
Tonjong dengan Pimpinan Binadji, ketua KNI
Brebes. Daerah Pemalang meliputi Pemalang kota, Petarukan dan Comal
dengan pimpinan Supangat
dan Idris.
Cara Kutil Menarik Simpati
Dalam Revolusi Sosial yang terjadi di Tegal, pengaruh Kutil sangat
besar, itu terbukti dari banyaknya orang-orang yang
menjadi pengikut dan ikut dalam gerakan yang Ia pimpin. Masyarakat dengan
sendirinya dengan penuh sukarela ikut bergerak dan berjuang bersama, tidak ada
paksaan, maupun janji-janji yang Kutil berikan.
Masyarakat pada waktu itu berada dalam keadaan dan situasi yang sulit penuh ketakutan dan kekhawatiran karena makin
banyaknya orang-orang yang di bunuh oleh massa pimpinan Kutil.
Ia tidak menggunakan cara-cara kekerasan fisik, namun dia hanya mengumumkan
di depan umum bahwasanya akan diadakan penyerangan-penyerangan terhadap orang-orang yang tidak
ikut. Orang-orang yang tidak ikut dengan sendirinya
dianggap adalah pengkhianat dan langsung di bunuh ataupun
didombreng ke muka umum.
Setiap akan mengadakan pembunuhan, Ia mengadakan rapat terlebih dahulu di Bank Rakyat (bank BRI
cabang Talang sekarang) yang dijadikan markas gerakannya. Dia berdiri
diatas Podium dan menyebutkan nama-nama orang yang akan dibunuh, bahkan
apabila orang itu sudah dalam penyekapan, orang tersebut di suruh naik di
Podium dan diperlihatkan pada massa dan secara serempak massa rakyat selalu
mengatakan SETUJU! Gerakan bisa menjadi besar dan membuat anggotanya
bertambah banyak, khususnya
dari Masyarakat adalah dengan membunyikan dan memukul kentongan dalam istilah bahasa Tegal dikenal dengan Tung Tung
Grumbung
Yaitu membunyikan
kentongan di sepanjang jalan dan dengan sendirinya masyarakat keluar dari rumah. Tua, muda kecuali orang yang
sedang sakit, berjalan di jalan
raya dan bergabung dengan massa lainnya. Mereka bergabung ikut mengeksekusi menghukum orang-orang yang dianggap Probelanda, ataupun orang Pribumi yang dianggap sebagai pengkhianat dan orang-orang yang dianggap melecehkan Republik (Wawancara dengan Bapak Taim, Juni 2006).
raya dan bergabung dengan massa lainnya. Mereka bergabung ikut mengeksekusi menghukum orang-orang yang dianggap Probelanda, ataupun orang Pribumi yang dianggap sebagai pengkhianat dan orang-orang yang dianggap melecehkan Republik (Wawancara dengan Bapak Taim, Juni 2006).
Secara umum Kutil tidak memaksa dan menggedor-gedorturun sendiri
dari rumah-kerumah dan mengatakan harus ikut namun apabila Kutil melihat sendiri ada masyarakat yang tidak ikut bergerak pada saat itu juga. Ia tidak segansegan untuk membunuh orang tersebut. Karena tindakannya yang menakutkan itulah dengan sendirinya, masyarakat apabila terdengar ada aba-aba dan Kutil mengatakan SIAP! Pasti masyarakat akan selalu SIAP mendukung gerakan tersebut. Walaupun pada akhirnya di tengah-tengah perjalanan Masyarakat yang tidak setuju dengan gerakan itu meninggalkan rombongan massa dan berjalan ke-arah yang lain.
dari rumah-kerumah dan mengatakan harus ikut namun apabila Kutil melihat sendiri ada masyarakat yang tidak ikut bergerak pada saat itu juga. Ia tidak segansegan untuk membunuh orang tersebut. Karena tindakannya yang menakutkan itulah dengan sendirinya, masyarakat apabila terdengar ada aba-aba dan Kutil mengatakan SIAP! Pasti masyarakat akan selalu SIAP mendukung gerakan tersebut. Walaupun pada akhirnya di tengah-tengah perjalanan Masyarakat yang tidak setuju dengan gerakan itu meninggalkan rombongan massa dan berjalan ke-arah yang lain.
Persenjataan yang digunakan pada saat itu masih sangat sederhana. yang pertama digunakan adalah senjata yang dibuat
dari bahan bambu yang diruncingi yaitu bambu runcing atau pada saat itu
masyarakat menyebutnya dengan nama cocolan. Ada beberapa senjata api hasil rampasan
tentara Jepang dan polisi yang telah dibunuh dan hanya beberapa orang saja yang
menggunakan. Kutil sendiri pada saat itu tidak menggunakan senjata apa-apa.
Ia bertindak sebagai pemimpin gerakan yang memberikan Komando.
Gerakannya pada saat itu memegang pengaruh yang sangat besar,
terutama perkataan Kutil yang seperti dijadikan hukum dalam masyarakat. Sebagai
contoh pada saat itu sudah dilakukan pendombrengan pada seorang
laki-laki yang ketahuan selingkuh, Ia diperintahkan hanya menggunakan celana pendek,
dengan muka yang di coret-coret menggunakan angus. Laki-laki itu diarak dijalan
raya dengan diikuti massa yang berada dibelakang dengan membawa kaleng kosong,
kentongan kayu (atau apa saja) yang dipukul oleh para pengaraknya. Bunyi
kentongan tergantung pada jumlah dan irama pukulannya. Di desa Jawa,
ditempat Lurah biasanya ada tabuhan yang disebut kentongan
yang terbuat dari potongan kayu besar dan dilubangi, sehingga apabila
dipukul keluar bunyi “Thong” dari kata “Thong” disitulah timbul nama “Kentongan” bunyi kentongan biasanya
digunakan sebagai tanda-tanda waktu rapat desa,
kebakaran, pencurian, atau tanda bahaya lainnya. Hukum yang berlaku pada
masyarakat saat itu adalah hukum Tombreng-tombreng suara pukulan dari kaleng kosong, kentongan atau apa
saja sebagai tanda untuk menyiarkan
berita bahwa mereka telah menangkap pencuri desa, pamong desa yang dianggap korupsi (Wawancara dengan
Bapak Sahmad, Juni 2006).
Pendombrengan terhadap pasangan orang selingkuh mendadak berhenti ketika Kutil serentak mengatakan
JANGAN! Dengan sendirinya orang itu dilepaskan dan tidak jadi dibunuh
namun sebaliknya ketika Kutil mengatakan BUNUH! Pasti masyarakat dengan
sepakat setuju untuk mengadakan pembunuhan. Perkataan Kutil pada
saat itu benar-benar menjadi hukum yang dipatuhi masyarakat.
Situasi di luar kota Tegal setiap hari selalu timbul huru-hara,
keributankeributan, pengejaran-pengejaran, dan
penagkapan-penagkapan terhadap lurah, pegawai Pamong Praja dan Kepolisian Negara. Dengan
jalan beramai-ramai memukul kentongan dan timbul penyembelihan-penyembelihan terhadap
orang-orang yang dianggap menentang. Dalam situasi seperti itulah cara dan
pandangan rakyat sudah tidak bisa dibenarkan
lagi, rakyat
menganggap pandangan Kutillah yang nantinya akan memberikan
suatu perubahan dalam masyarakat.
Gerakan kutil inilah yang akhirnya melahirkan pemahaman-pemahaman dalam Idiologi pada masing-masing
anggotanya. Yang menjadi motif dan pandangan peristiwa-peristiwa
tersebut adalah perongrongan terhadap Revolusi Pancasila dan siapapun yang
menjadi penggerak maupun pelaksanapelaksanaanya ia adalah musuh-musuh revolusi
dari dalam. Peristiwa-peristiwa tersebut pada hakekatnya adalah
akses-akses revolusi yang berupa:
Penyimpangan-penyimpangan dari rel Revolusi Indonesia yang sebenarnya, karena penyesatan-penyesatan oleh Idiologi-Idiologi dan alam-alam fikiran Liberalisme dan Komunisme/Marxisme-Leninisme/Maoisme dan pahampaham lain serta oknum-oknum yang bertentangan dengan jiwa Pancasila. Pada hakekatnya Peristiwa Tiga daerah merupakan akses revolusi yang kalau tidak ada kewaspadaan dan kecepatan bertindak dari pada TKR Resimen XVII dapat mengancam keselamatan Revolusi Agustus 1945 yang berlandaskan UUD 1945 dan Pancasila (Arsip Peristiwa Tiga Daerah,S.32,Musium Mandala Bakti).
Penyimpangan-penyimpangan dari rel Revolusi Indonesia yang sebenarnya, karena penyesatan-penyesatan oleh Idiologi-Idiologi dan alam-alam fikiran Liberalisme dan Komunisme/Marxisme-Leninisme/Maoisme dan pahampaham lain serta oknum-oknum yang bertentangan dengan jiwa Pancasila. Pada hakekatnya Peristiwa Tiga daerah merupakan akses revolusi yang kalau tidak ada kewaspadaan dan kecepatan bertindak dari pada TKR Resimen XVII dapat mengancam keselamatan Revolusi Agustus 1945 yang berlandaskan UUD 1945 dan Pancasila (Arsip Peristiwa Tiga Daerah,S.32,Musium Mandala Bakti).
Dalam Tri Upaya sakti dinyatakan bahwa Revolusi Indonesia yang di jiwai oleh Pancasila merupakan
gerakan-gerakansimultan antar penjebolan dan pembangunan destruksi dan
kontruksi. Revolusi yang simultan dan multi kompleks tidak mustahil
menimbulkan gerakan-gerakanyang pada hakekatnya merupakan suatu akses. Kemungkinan
timbulnya akses-akses itu semula dapat kita terima manakala kita selalu
ingat kondisi dan situasi pada saat tercetusnya Revolusi. Kondisi dimana rakyat
dan bangsa Indonesia berjuang dan menghimpun kekuatan tanpa adanya
perintah-perintah dari atasan. Sedangkan situasinya pada saat itu masyarakat Indonesia di
hadapkan pada suatu krisis. Krisis kelaparan, masyarakat banyak yang meninggal
karena tidak mampu makan (Arsip Peristiwa Tiga Daerah, S.32, Musium Mandala
Bakti)
Situasi Kota yang tidak terkendali yaitu dengan kacaunya keadaan sangat memudahkan bagi unsur
petualang-petualang politik maupun kriminal untuk memancing di air keruh, dengan
jalan menghasut dan menunjuk-nunjukkambing hitam.
Nb:
Sumber Skripsi Laela Khikmiyah Program Studi Ilmu Sejarah. Fakultas Ilmu Sosial Universitas Negeri Semarang Tahun 2007.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar