Banteng Loreng Binoncengan, Falsafah Lokal
Tegal
Mungkin kita
sering mendengar Banteng Loreng Binoncengan saat membaca buku-buku mengenai
Tegal. Banteng Loreng Binconcengan adalah salah satu falasah lokal warisan
nenek moyang yang ada di Tegal yang menggambarkan watak orang Tegal yang gagah
berani (divisualisasikan dalam bentuk hewan banteng) dan agak kasar (harimau
loreng), akan tetapi pada hakikatnya Banteng Loreng Binoncengan dapat dituntun,
ditunggangi, dan dikuasai oleh orang yang lemah lembut dan ramah-tamah serta
tidak mempunyai maksud buruk. Seseorang tersebut biasanya dilambangkan oleh seorang
anak laki-laki, yang mengerti betul perwatakan banteng.
Diceritakan,
anak laki-laki tersebut adalah seorang penggembala atau bocah angon, yang
menjaga bantengnya dengan penuh kasih sayang, sehingga ketika harimau akan
menerkam bocah angon itu, banteng melindungi dan menyelamatkan bocah angon
meskipun menderita luka parah pada sekujur tubuhnya.
Dalam buku
Insya Allah, Kanjeng Agus Riyanto menuliskan: “Gambaran Banteng Loreng
Binoncengan adalah perlawanan sekaligus solidaritas. Atau balas budi dan
kerelaan banteng kepada bocah angon terhadap keganasan harimau. Jelas sekali,
banteng dengan tubuh penuh luka melawan raja hutan. Sementara ‘sahabat kecil’
dilindungi, berada di atas punggung banteng.”
Dari kisah Banteng
Loreng Binoncengan, tentu akan banyak makna dan pelajaran yang terkandung
didalamnya. Salah satunya adalah soal kepemimpinan. Dari segi kepemimpinan,
jika banteng diibaratkan adalah rakyat Tegal, maka yang bisa menuntun,
menunggangi, dan menguasai banteng adalah seseorang yang bermental bocah angon.
Terlepas dari
laki-laki atau perempuan, pemimpin Tegal harus siap menjadi bocah angon. Dalam
angon banteng, seorang bocah angon harus bisa bersikap sabar, pengertian, penuh
kasih sayang, dan mengarahkan kemana seharusnya banteng mencari makan; agar
banteng yang dulunya liar berubah menjadi jinak dan penurut karena perutnya
kenyang.
Bocah angon
akan merasa sukses jika bantengnya bisa makan dengan enak, sekalipun dirinya
sendiri tidak makan. Bagi bocah angon; yang dipikirkan adalah bantengnya dan
bukan dirinya sendiri. Ia akan selalu bekerja keras dan bahkan sampai melupakan
dirinya sendiri. Sehingga pada saat bocah angon mendapat ancaman dari harimau,
banteng akan rela membelanya, bahkan dengan melawan harimau sampai tetes darah
penghabisan.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar